Beranda | Artikel
Keutamaan-Keutamaan Shalat
Rabu, 24 Agustus 2016

KEUTAMAAN-KEUTAMAAN SHALAT

Oleh
Al-Ustadz Yazid bin ‘Abdul Qadir Jawas حفظه الله

SHALAT MEMILIKI SEKIAN BANYAK KEUTAMAAN, DI ANTARANYA:

1. Dengan shalat, Allâh akan meninggikan derajat dan menghapuskan kesalahan
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Tsaubân Radhiyallahu anhu :

عَلَيْكَ بِكَثْرَةِ السُّجُوْدِ لِلهِ ، فَإِنَّكَ لَا تَسْجُدُ لِلهِ إِلَّا رَفَعَكَ اللهُ بِهَا دَرَجَةً وَحَطَّ عَنْكَ بِهَا خَطِيْئَةً.

“Engkau harus memperbanyak sujud (shalat).Sesungguhnya engkau tidak bersujud sekali saja kepada Allâh, kecuali dengan sujud itu Allâh akan mengangkatmu satu derajat dan menghapuskan satu kesalahan darimu.”[1]

2. Shalat menjadi salah satu sebab masuk Surga sekaligus menjadi teman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
Dari Rabi’ah bin Ka’ab al-Aslami Radhiyallahu anhu , ia bercerita, “Aku pernah bermalam bersama Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu aku membawakan air wudhu’ dan keperluan Beliau. Beliau pun bersabda kepadaku, ‘Mintalah!’ Maka saya katakan, ‘Aku minta agar aku bisa menemanimu di surga.’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Adakah yang lain selain itu?’ Aku menjawab, ‘Hanya itu saja.’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

فَأَعِنِّيْ عَلَىٰ نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُوْدِ.

Bantulah aku untuk mengabulkan permintaanmu dengan banyak bersujud.[2]

3. Berjalan menuju masjid akan dicatat baginya kebaikan-kebaikan, ditinggikan beberapa derajat, dan dihapuskan kesalahan-kesalahan
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِـيْ بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللهِ لِيَقْضِيَ فَرِيْضَةً مِنْ فَـرَائِضِ اللهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَـحُطُّ خَطِيْئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً.

Barangsiapa bersuci di rumahnya kemudian berangkat ke rumah Allâh (ke masjid) untuk menunaikan salah satu kewajiban yang diperintahkan Allâh maka salah satu dari tiap-tiap dua langkahnya akan menghapuskan kesalahan dan yang lainnya akan meninggikan derajat.[3]

4. Akan disediakan jamuan di surga setiap kali seorang Muslim berangkat ke masjid untuk shalat
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ أَوْ رَاحَ أَعَدَّ اللهُ لَهُ فِـي الْـجَنَّةِ نُزُلًا كُلَّمَا غَدَا أَوْ رَاحَ.

Barangsiapa berangkat ke masjid pada pagi atau sore hari, maka Allâh akan menyediakan baginya jamuan di Surga, setiap kali datang pada pagi atau sore hari.[4]

5. Pahala orang yang berangkat menunaikan shalat sama seperti pahala orang yang berhaji dengan ihram
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ مُتَطَهِّرًا إِلَى صَلَاةٍ مَكْتُوْبَةٍ ؛ فَأَجْرُهُ كَأَجْرِ الْـحَاجِّ الْمُحْرِمِ…

Barangsiapa keluar dari rumahnya dalam keadaan suci  untuk mengerjakan shalat wajib maka pahalanya adalah seperti pahala orang yang menunaikan ibadah haji dengan ihram[5]

6. Barangsiapa berangkat ke masjid, lalu ia mendapati orang-orang telah selesai mengerjakan shalat berjama’ah, maka baginya pahala orang yang mengerjakan shalat berjama’ah
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ وُضُوْءَهُ ثُمَّ رَاحَ فَوَجَدَ النَّاسَ قَدْ صَلَّوْا ،أَعْطَاهُ اللهُمِثْلَ أَجْرِ مَنْ صَلَّاهَا وَحَضَرَهَا ، لَا يَنْقُصُذٰلِكَ مِنْ أَجْرِهِمْ شَيْئًا.

Barangsiapa wudhu’ lalu membaguskan wudhu’-nya.Kemudian menuju masjid tapi ia dapati orang-orang telah shalat, maka Allâh Azza wa Jalla memberinya pahala orang yang shalat dan menghadirinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun.”[6]

Dan masih banyak lagi hadits-hadits yang menjelaskan tentang keutamaan shalat. Semoga Allâh memberikan taufiq kepada kita agar dapat mengerjakan shalat dengan sebaik-baiknya dan mendapatkan keutamaannya.[7]

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 10/Tahun XVIII/1436H/2015M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079 ]
_______
Footnote
[1] Shahih: HR. Muslim (no. 488 (225)).
[2] Shahih: HR. Muslim (no. 489).
[3] Shahih: HR. Muslim (no. 666) dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu.
[4] Muttafaq ‘alaih: HR. Al-Bukhâri (no. 662) dan Muslim (no. 669) dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu
[5] Hasan: HR. Abu Dawud (no. 558) dari Abu Umâmah Radhiyallahu anha. Dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahîh at-Targhîb wat Tarhîb (no. 320).
[6] Shahih: HR. Abu Dawud (no. 564) dan an-Nasa-i (II/111). Lihat Takhrîj Hidâyatur Ruwât (II/15, no. 1103) dan Shahîh Sunan Abi Dawud (III/ 99, no. 573).
[7] Dinukil dari Shalâtul Mu’min (I/135-139) dengan diringkas, karya Syaikh DR. Sa’id  bin ‘Ali bin Wahf al-Qahthaniحفظه الله تعالى.


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/5605-keutamaankeutamaan-shalat.html